Sempat anjlok beberapa saat setelah rilis notulen FOMC, Dolar AS rebound di sesi perdagangan Kamis malam ini. Para investor sedang menunggu data terbaru untuk menjadi katalis petunjuk kapan suku bunga The Fed akan dipotong. Indeks Dolar AS diperdagangkan di 104.0 saat berita ini ditulis.
Rilis notulen FOMC yang dirilis dini hari (22/Februari) tadi menyorot tentang mayoritas para pembuat kebijakan bank sentral AS mengenai risiko memotong suku bunga terlalu cepat. Ketidakpastian mengenai berapa lama suku bunga akan dipertahankan pada tingkat saat ini semakin sulit diterka.
“Peserta menyoroti ketidakpastian yang terkait dengan berapa lama kebijakan moneter restriktif perlu dipertahankan” untuk mengembalikan inflasi ke target bank sentral AS sebesar 2%, tulis risalah rapat akhir Januari tersebut.
Sementara “sebagian besar peserta mencatat risiko dari tindakan yang terlalu cepat untuk melonggarkan kebijakan,” hanya “beberapa… yang menunjukkan risiko penurunan terhadap perekonomian yang terkait dengan mempertahankan sikap yang terlalu membatasi dalam jangka waktu yang lama.”
Risalah tersebut tampaknya memperkuat pesan baru-baru ini dari para pengambil kebijakan The Fed bahwa mereka tidak akan terburu-buru untuk melaksanakan penurunan suku bunga yang masih diperkirakan akan dimulai pada tahun ini.
“Dolar kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari perbedaan (tingkat suku bunga) dengan negara-negara lain. Terutama karena perekonomian AS terlihat relatif lebih kuat,” kata Noel Dixon, ahli strategi makro senior di State Street Global Markets di Boston.
Namun, setelah penguatan baru-baru ini, “jelas ada kelelahan dari sejumlah kenaikan dolar,” katanya. “Agar dolar bisa keluar, kita perlu melihat lebih banyak data.” imbuh analis tersebut.
Selanjutnya, data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang dirilis minggu depan mungkin memberikan petunjuk tambahan mengenai kebijakan Fed. Dolar AS bisa juga mendapat dukungan dari pelemahan di kawasan lain. Di antaranya Kanada dan Australia, yang dapat menyebabkan bank sentral mereka menurunkan suku bunga lebih dulu ketimbang The Fed.