Dolar AS turun dari setelah reli dua hari di akhir pekan lalu. Di sesi perdagangan Senin (04/September) malam ini, pasar Amerika tengah libur nasional sehingga volume perdagangan cukup rendah. Indeks Dolar diperdagangkan pada 104.12, tergelincir 0.14% dari sesi sebelumnya.

Penurunan Dolar AS tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya minat risiko, atas harapan terhadap kebijakan stimulus China bakal menstabilkan ekonomi. Di samping itu, data Ketenagakerjaan AS, yang walaupun mixed, tetap memunculkan ekspektasi bahwa suku bunga The Fed tak akan naik dalam waktu dekat.
China meningkatkan langkah-langkah untuk meningkatkan perekonomian negaranya yang sedang melemah, dengan Beijing yang berencana melonggarkan pembatasan pembelian rumah.
Dolar Australia dan dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap perkembangan isu ekonomi Tiongkok tampak menguat. Euro yang juga memiliki sensitivitas cukup tinggi pada kabar Tiongkok, ikut terkerek 0.25% pada $1,0799, lepas dari level terendah 10 minggu yang dicapai minggu lalu terhadap dolar.
Akan tetapi, Euro tidak terpengaruh oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde yang mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral harus menetapkan ekspektasi inflasi pada target mereka, pada saat perubahan di pasar tenaga kerja dan energi serta gejolak geopolitik menyebabkan perubahan harga. Mata uang tunggal tersebut telah melemah hampir 12% pada musim panas ini.
Minat Risiko Naik, Safe Haven Dolar Gentar
“Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang G10 lainnya hari ini karena minat risiko membaik berkat langkah-langkah dukungan Tiongkok,” kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank.
Jumat lalu, data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS yang meningkat pada bulan Agustus. Namun, tingkat pengangguran melonjak menjadi 3.8%, sementara kenaikan upah melambat. Serangkaian data ekonomi yang menyoroti moderasi inflasi serta pelonggaran pasar tenaga kerja telah menambah kesan bahwa perekonomian AS sedang mendingin tanpa melambat secara tajam. Hal ini memperkuat harapan bahwa perekonomian akan memasuki kondisi soft landing.
Menurut alat CME FedWatch, pasar memperkirakan 93% kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada bulan ini. Di sisi lain, lebih dari 60% kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lagi pada tahun ini,