Dolar AS tertekan di sesi perdagangan Senin malam ini. Mata uang tersebut sedang dalam jalur penurunan dua bulan berturut-turut terhadap Euro dan Pound. Para trader sedang menilai dampak kenaikan inflasi AS, sebelum rilis data ketenegakerjaan bulanan minggu ini.
Pasar London dan New York sedang tutup. Akan tetapi, Indeks Dolar AS jatuh 0.24% ke 89.83. Kendati begitu, secara umum Indeks Dolar masih terkonsolidasi pada kisaran level yang terbentuk sejak tanggal 18 Mei. EUR/USD flat di posisi $1.2195 sedangkan Pound turun tipis 0.1% ke $1.4173.
Jumat kemarin, Dolar AS sempat naik merespon data PCE AS. Departemen Perdagangan melaporkan bahwa Indikator Inflasi Kunci AS (PCE Inflation) naik lebih tinggi daripada ekspektasi, yakni mencapai 3.1% di bulan April. Sedangkan Core Inflation naik 0.7%, lebih tinggi daripada 0.4% di bulan Maret, dan ekspektasi 0.6%.
Di tengah kondisi pasar yang sepi karena libur di Eropa dan AS, para investor masih mencerna data terakhir yang dirilis oleh AS tersebut. Mereka mempertimbangkan dampak kenaikan inflasi terhadap program pembelian aset The Fed, serta sikap dovish yang ditunjukkan oleh para petinggi bank sentral AS tersebut.
Secara umum, pasar mengasumsikan bahwa level inflasi AS saat ini akan bersifat transisional. Artinya, kenaikan yang tajam terjadi setelah penurunan drastis karena krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Tim analis forex Commerzbank memperkirakan, inflasi AS tahun depan akan berada di kisaran 2.5%.
“Hal itu tak lantas akan membuat pricing USD menjadi lebih mudah,” kata analis tersebut. “Sampai kita mendapatkan lebih banyak kejelasan, maka Dolar AS sepertinya akan menemukan keseimbangan yang baik pada level-level saat ini.”
Para spekulator menaikkan pertaruhan mereka terhadap Dolar AS pekan lalu, dengan posisi Short Dolar yang mencapai level tinggi dua setengah tahun.