Harga emas melompat lebih dari satu persen menembus ke atas $1,800 akibat pelemahan Dolar AS dan yield obligasi AS. Harga emas spot naik 1.6% $1,814.50 per ounce pada pukul 18:00 GMT. Selama sesi perdagangan tersebut, harga emas sempat menyentuh $1,817.90, tertinggi sejak tanggal 16 Februari. Kontrak emas futures di Comex New York melejit 1.8% ke $1,815.7.

“Kami jelas belum melihat rebound kuat dalam yield obligasi AS,” kata Edward Moya, analis OANDA, mengindikasikan bahwa ada kemungkinan kenaikan harga emas dapat bertahan sedikit lebih lama.

Walaupun ekonomi optimistis, para pembuat kebijakan di The Fed tampak belum akan berubah dari kebijakan akomodatif mereka. Para investor yang mengkhawatirkan inflasi pun ramai-ramai memburu emas sehingga harganya naik, imbuh Moya.

The Fed berencana untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 0%. Bank sentral AS tersebut juga akan terus membeli aset bulanan senilai $120 miliar. Tujuannya sampai terlihat kelanjutan progres yang substansial dalam ketenagakerjaan penuh dan target inflasi fleksibel 2 persen.

Yield obligasi 10-tahunan merosot ke kisaran 1.57% hari ini. Sedangkan Indeks Dolar AS turun setengah persen ke kisaran 90.8.

Di tengah gelontoran stimulus dalam jumlah besar dari pemerintah Amerika Serikat, emas dipertimbangkan sebagai aset lindung terhadap inflasi. Namun, selama ini kenaikan harga emas selalu terhalang oleh kenaikan yield US Treasury.

“Emas mulai bergerak dari dorongan kenaikan inflasi… Emas punya peluang menembus ke atas $1,850 dalam waktu sebulan ke depan,” kata analis Edward Meir dari ED&F Man Capital Markets.

Harga emas tetap naik pada Kamis malam kemarin walaupun data Klaim Pengangguran mingguan AS menurun ke level rendah 13 bulan. Selanjutnya, pasar akan fokus pada data Ketenagakerjaan AS yang akan dirilis besok. Non Farm Payroll AS diekspektasikan akan naik ke 978,000 pada bulan April.