Euro anjlok terhadap Dolar AS di sesi perdagangan Kamis (14/September) malam, setelah European Central Bank (ECB) memutuskan untuk menaikkan suku bunga menjadi 4%. Level suku bunga tersebut adalah rekor tinggi suku bunga ECB. EUR/USD merosot 0.7% ke $1.0652, level terendah sejak Juni.

Kebijakan moneter tersebut terjadi menyusul upgrade perkiraan inflasi Zona Euro untuk tahun 2024 ke 3.2%. Namun, pihak bank sentral segera memberikan indikasi bahwa kenaikan suku bunga kali ini akan menjadi tindakan final dalam rangka menjinakkan inflasi Zona Euro.
Dewan Pengurus bank sentral mengatakan bahwa suku bunga utama ECB telah mencapai tingkat yang akan memberikan kontribusi besar terhadap kembalinya inflasi ke target tepat waktu, jika dipertahanka dalam waktu lama.
Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics, mengatakan: “Keputusan ECB untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 bps hari ini mungkin akan mengakhiri siklus pengetatan moneter ECB saat ini.
“Tetapi mengingat kuatnya inflasi yang mendasarinya, kami memperkirakan tingkat suku bunga akan tetap pada tingkat ini setidaknya selama satu tahun, meskipun perekonomian tampaknya sedang menuju resesi,” kata Kenningham.
Analis Erik Bregar dari Silver Gold Bull di Toronto juga mengatakan, “Presiden ECB Christine Lagarde sedang memberi petunjuk bahwa kebijakan ini adalah kenaikan suku bunga terakhir. Hal itu mengingat dari perkataan Lagarde bahwa jika ECB mempertahankan suku bunga di level ini untuk jangka waktu tertentu, maka berpeluang berhasil.”
Di sisi lain, Dolar AS makin perkasa setelah pengumuman kebijakan ECB yang menekuk Euro dan data ekonomi Amerika Serikat sendiri. Indeks Dolar AS menduduki 105.2 setelah mendulang kenaikan nyaris setengah persen. Data Penjualan Ritel AS naik 0.6% pada bulan Agustus. Data tersebut melebihi ekspektasi 0.2% karena kenaikan harga bahan bakar di AS.