Euro bergerak di bawah level $1.18 di sesi perdagangan Senin malam ini, akibat prospek dampak pembatasan sosial pencegahan virus Coronan di Prancis dan Jerman. EUR/USD turun 0.24 perse ke 1.1764 saat berita ini ditulis, dalam rentang yang flat sejak tiga hari sebelumnya.

Dua negara ekonomi terbesar Zona Euro tersebut masih disibukkan dengan kasus infeksi yang masih tinggi, sehingga kebijakan lockdown diperlukan meski dengan konsekuensi mencederai outlook ekonomi Eropa jangka pendek.
Selain itu, selisih yield obligasi antara Jerman dan Amerika Serikat yang semakin melebar turut membebani bullish Euro. Spread untuk yield 10-tahunan saat ini sudah selisih 200 basis poin dari 150 basis poin di awal tahun. Hal ini membuat Dolar AS ikut menguat dan Euro sebagai rival-nya menjadi lemah.
“Singkatnya, ekonomi AS jauh lebih kuat dan jauh di depan dalam permainan imunisasi dibandingkan dengan Eropa dan Jepang. Hal ini pada akhirnya akan diterjemahkan ke dalam kebijakan normalisasi The Fed (yang bakal lebih cepat) bertahun-tahun sebelum (normalisasi kebijakan moneter) ECB atau BoJ,” kata Marios Hadjikyriacos, analis forex dari XM.
Penguatan Euro juga diperburuk oleh program vaksinasi Eropa yang mengarah ke penularan infeksi baru–meskipun saat data pemosisian masih menunjukkan investor tetap bertahan dalam posisi beli euro– merupakan sebuah tanda bearish bagi investor.
“Sebagian besar fokus akan tetap pada situasi virus di Eropa. Mereka akan mempertimbangkan apakah kebijakan lockdown dapat memperlambat peningkatan jumlah kasus, serta apakah lambatnya vaksinasi akhirnya dapat mempercepat ke jalan keluar,” tulis ekonom ING yang dikutip oleh Reuters.
Di sisi lain, saat berita ini ditulis, Dolar AS masih menguat terhadap mata uang-mata uang lain termasuk Euro. Sentimen penghindaran risiko menaikkan funsgi safe haven dalam mata uang AS tersebut. Selain itu, saham-saham futures AS yang sedang berkubang di teritori negatif jelang akhir kuartal, mengimbangi flow pasar finansial.