Rubel Rusia versus Dolar AS anjlok hampir 30% ke level terendah sepanjang sejarah, di sesi perdagangan Senin awal pekan ini. Sementara Euro tenggelam setelah blok Barat mengumumkan sanksi terbaru mereka kepada Rusia. Sejumlah bank Rusia dibllokir dari sistem pembayaran global SWIFT akibat invasi kepada Ukraina.
Mata uang-mata uang safe haven, termasuk Dolar AS dan Yen, mendulang banyak permintaan setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengirim pasukan militer penangkal nuklir dalam kesiaagaan tinggi pada hari Minggu kemarin. Kini, agresi militer Rusia ke Ukraina telah memasuki hari keempat.
Rubel jeblok ke level rendah 0.0119 per dolar AS. Sebelumnya, RUB/USD bahkan sempat menyentuh 0.0111 beberapa setelah Putin mengumumkan serangan ke Rusia. EUR/USD kembali ambruk nyaris satu persen ke 1.1156 gara-gara perseteruan yang juga melibatkan beberapa negara Uni Eropa ini, serta kalah pamor dengan mata uang-mata uang safe haven.

“Dengan perang terhadap Ukraina, dunia tidak akan pernah sama lagi,” tutur Menteri Luar Negeri Uni Eropa, Josef Borrell kepada Guardian. “Sekarang adalah waktu yang sangat tepat bagi masyarakat dan aliansi untuk bahu-membahu membangun masa depan kita dalam kepercayaan, keadilan, dan kebebasan. Ini adalah momen untuk berdiri dan berbicara. Mungkin (Penyerangan) tidak akan pernah benar. Tidak pernah, dan tidak akan pernah.”
Sejumlah negara maju melancarkan protes dengan menjatuhkan sanksi ekonomi. Eropa dan Kanada menutup jalur udara dan penerbangan dari dan menuju Rusia. Namun, Rusia langsung membalasnya dengan melarang pesawat komersil Eropa melintasi wilayah udara Rusia Jepang, bergabung dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat untuk. memblokir akses perbankan Rusia di SWIFT.
“Eskalasi krisis di Ukraina akan memaksa pasar untuk mengambil posisi antisipasi tinggi terhadap risiko geopolitik. Hal inilah yang membuat mata uang safe haven seperti Dolar AS dibanjiri bid,” tulis tim analis Westpac yang dikutip oleh Reuters.
“Situasi di Ukraina sangat tidak menentu. Begitupula dengan sentimen pasar. Walaupun sentimen penghindaran risiko dalam jangka pendek tampaknya akan menjadi asumsi yang paling bijak. Dolar Australia dan Dolar New Zealand akan mengalami penurunan lebih dalam.”