Emas menutup pekan ini dengan penguatan. Harga emas mencetak penguatan terbaik dalam enam bulan, terdorong oleh kenaikan inflasi AS. Harga emas spot naik 0.3% ke $1,866.87 per ounce pada pukul 18:54. Sedangkan harga emas futures di Comex New York naik dengan persentase yang sama ke $1,868.5 per ounce.

Sejak 3 November, total kenaikan harga emas mencapai $110 ditunjang oleh kekhawatiran terhadap inflasi di tengah komitmen bank sentral AS untuk menjaga suku bunga tetap di level rendah selama beberapa waktu.
“Ini adalah hari korektif. Para trader sedang mengambil untung setelah pergerakan harga yang luar biasa. Secara logika, jika Anda tidak melepaskan sesuatu yang kenaikan harganya mencapai $100, maka Anda termasuk orang yang konyol,” kata
Phillip Streible, Blue Line Futures Chicago.
Dolar AS yang juga menguat, bahkan tak mampu menjegal bullish emas dalam sepekan ini. Padahal pada umumnya, harga emas dan Dolar AS akan berbanding tertbalik. Hal ini karena inflasi AS yang tinggi dapat berarti dua hal: menjadikan emas sebagai aset lindung nilai dari inflasi, atau menjadikan Dolar AS menguat dengan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Tim analis Societe Generale memprediksi bahwa harga emas akan mencapai rata-rata $1,950 per ounce di awal tahun 2022. Alasannya, The Fed telah memperbarui komitmen untuk mendukung ekonomi AS dengan membiarkan inflasi melonjak.
“Emas telah mengangkat reputasinya sebagai penyimpan nilai, khususnya setelah angka inflasi tinggi dari Amerika Serikat. Ini akan memberikan dukungan lebih lanjut,” kata analis Commerzbank Daniel Briesemann. “(Tapi) fakta bahwa Fed akan memperketat kebijakan moneternya di sini, mulai bulan ini, tidak memiliki efek yang kuat pada harga emas,” tambah Briesemann.
Kendati demikian, satu hal yang berpotensi menghalangi kenaikan harga emas. Kebijakan moneter ketat seperti penguranagn stimulus dan kenaikan suku bunga, cenderung akan menaikkan yield obligasi pemerintah. Oleh sebab itu, emas akan kalah saing dengan obligasi karena emas tidak memberikan imbal hasil.