Dolar AS melemah di sesi perdagangan Jumat malam, dan mendorong naik mata uang-mata uang rival mayornya. Data-data ekonomi AS pekan ini rata-rata lebih baik daripada ekspektasi. Namun, data ketenagakerjaan dan konsumen yang trend-nya masih kuat. Hal ini membuka kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed tambahan di akhir tahun ini.
Oleh karena itu, walaupun tergelincir pekan ini, Dolar AS masih dalam jalur kenaikan delapan pekan yang merupakan jalur kenaikan terpanjang sejak 2014.
“Dolar mendapat keuntungan dari kembalinya tema eksepsionalisme Amerika Serikay,” kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valuta asing di UBS di New York. Perkataannya mengacu pada kinerja ekonomi AS yang lebih baik dibandingkan negara-negara lain di dunia.
“Pasar konsumen dan tenaga kerja AS yang tangguh telah menimbulkan pertanyaan apakah Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut,” tambahnya.
Sebaliknya, Yuan China mengakhiri sesi perdagangan waktu setempat pada level terlemahnya sejak tahun 2007. Hal itu karena mata uang tersebut berjuang melawan tekanan arus keluar modal dan melebarnya kesenjangan yield dengan negara-negara besar.
Pada akhir perdagangan pagi, indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir turun 0.2% pada 104.84. Mata uang ini mencapai puncak enam bulan di 105.15 pada sesi sebelumnya. Indeks sepanjang minggu ini naik 0.6%. Sedangkan EUR/USD naik 0.10% ke 1.0707.

Data pada pekan ini menunjukkan sektor jasa AS secara tak terduga menguat pada bulan Agustus. Klaim pengangguran minggu lalu mencapai titik terendah sejak Februari. Namun di zona euro, produksi industri di Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, turun sedikit lebih besar dari perkiraan pada bulan Juli.