Dolar AS belum banyak bergeser dari level tingginya terhadap mata uang-mata uang mayor lain. Euro masih tertekan di level rendah. Sedangkan Sterling mendulang kenaikan dari pernyataan PM Inggris Boris Johnson untuk mundur dari jabatannya saat ini. Indeks Dolar diperdagangkan di kisaran 107. GBP/USD melejit hampir 1% ke $1.2023. EUR/USD diperdagangkan di 1.0158. Euro hampir menyentuh level paritas dengan Dolar AS.

Para investor sedang menantikan data Ketenagakerjaan AS yang dirilis pada hari Jumat nanti. Data tersebut akan dikonfirmasi lagi dengan data Inflasi Konsumen AS yang akan dirilis pekan depan. Kedua data tersebut dinilai akan menjadi data yang paling dipertimbangkan oleh bank sentral AS dalam menyusun kebijakan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga di bulan Juli ini.
Menurut analisis Bipan Rai dari CIBC Capital Markets, pasar mengantisipasi bahwa dalam Rapat Juli ini, The Fed akan sangat memperhitungkan data inflasi. Data NFP AS yang akan dirilis besok kemungkinan hanya menjadi data pendukung setelah data Inflasi.
Di samping itu, data tersebut akan menunjukkan seberapa cepat upah naik. Namun, bank sentral AS tampaknya tak memikul beban dari segi ketenagakerjaan, sebesar beban bank sentral lainnya. Oleh karena itu, Dolar AS diperkirakan masih akan menjadi mata uang dengan kinerja paling cemerlang.
Risiko resesi sebagai imbas dari kenaikan suku bunga, masih menjadi hal yang paling disorot oleh para investor. Kenaikan suku bunga dapat menjadi kendala bagi permintaan global. Presiden The Fed untuk wilayah Atlanta bahkan mengestimasikan pertumbuhan GDP seasonal dalam basis tahunan di kuartal kedua, akan -2.1%.
Pasar Awasi Paritas EUR/USD
Terlepas dari kondisi tersebut, volatilitas EUR/USD terpantau mencapai yang tertinggi sejak akhir Maret 2020. Pasar gugup menghadapi kemungkinan paritas antara Euro dengan Dolar AS. “Paritas sudah berada dalam jangkauan. Sebagian orang mengekspektasikan akan melihatnya (paritas EUR/USD) saat ini,” komentar Moritz Paysen, analis dari Berenberg.
Menurut George Saravelos, pakar dari Deutsche Bank, “jika Eropa dan AS tergelincir ke dalam resesi di kuartal ke-3 sementara The Fed masih menaikkan suku bunga, lmaka evel ini (0.95-0.97 dalam EUR/USD) bisa jadi tercapai.”