Dolar AS menguat di sesi perdagangan Selasa (22/Agustus) malam dengan para trader yang masih menunggu Simposium Jackson Hole di akhir pekan ini. Indeks Dolar AS menguat seperempat persen ke kisaran 103.5, mendekati level tinggi dua bulan. Mata uang tersebut terdukung oleh memburuknya ekonomi China dan suku bunga AS yang bertengger di level tinggi.

“Saat ini dunia sedang mengamati Tiongkok dengan napas tertahan menunggu langkah-langkah stimulus lebih lanjut,” kata Helen Give, pedagang valas di Monex USA di Washington. “Mungkin akan terlalu berlebihan untuk menyebut pemulihan ekonomi Tiongkok ‘tergagap’ pada saat ini; ada indikasi perekonomian sedang mengalami kontraksi, dan hal ini pada gilirannya membuat aset-aset berisiko tetap tertekan,” katanya.
Aset-aset minat risiko, terpuruk minggu lalu. Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS melonjak mendekati puncaknya dalam 16 tahun. Para investor memilih yield sebagai safe haven karena khawatir atas melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Pasar bersiap menghadapi suku bunga AS yang tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Di samping itu, para pelaku pasar juga memantau pertemuan negara-negara berkembang utama BRICS: Brazil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan – yang berlangsung di Johannesburg. Pertemuan tersebut diharapkan memberikan informasi mengenai berita mengenai stimulus Tiongkok.
“Hari ini kami akan menantikan berita apa pun dari KTT BRICS mengenai langkah-langkah stimulus Tiongkok karena hal ini dapat membalikkan kondisi risiko global. Namun, pasar kemungkinan akan memerlukan pengumuman konkrit untuk benar-benar membalikkan keadaan,” kata Grant dari Monex.
Secara keseluruhan, pergerakan pasar mata uang diperkirakan akan terbatas menjelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada simposium bank sentral The Fed di Jackson Hole yang dijadwalkan pada 24-26 Agustus.
“Banyak hal bergantung pada apa yang dikatakan Powell tentang apakah suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Fiona Cincotta, analis pasar senior di City Index di London, terkait prospek dolar.