Dolar AS turun di sesi perdagangan Selasa (29/Agustus) malam setelah data Job Openings Amerika Serikat anjlok di bulan Juli. Data tersebut merupakan salah satu data yang paling diantisipasi pasar sejak pekan lalu. Akibatnya, USD/JPY merosot 0.36% ke 146.01 walaupun masih di level tinggi sembilan bulan.

Pembukaan lapangan kerja, yang mengukur jumlah permintaan tenaga kerja di Amerika Serikat, turun 338,000 menjadi 8.827 juta pada hari terakhir bulan Juli, level terendah sejak Maret 2021.
“Data tersebut merupakan gambaran yang sangat lemah mengenai permintaan tenaga kerja. Hal itu akibat dari lapangan kerja yang terus menurun sebagai respons terhadap dampak lambat dari kebijakan kenaikan suku bunga,” kata Ben Jeffery, ahli strategi suku bunga di BMO Capital Markets dalam sebuah catatan.
Terhadap sejumlah mata uang, Indeks Dolar yang terbaru tampak turun 0.11% pada 103.82. Harga bertahan di bawah level 104.44 yang dicapai pada hari Jumat, yang merupakan level tertinggi sejak 1 Juni.
Ketahanan ekonomi Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lagi guna menurunkan inflasi ke target tahunan sebesar 2%.
Dalam simposium Jackson Hole akhir pekan lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi. Namun, ia juga berjanji akan mengambil tindakan dengan hati-hati pada pertemuan mendatang.
Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, pasar memperkirakan 85% peluang The Fed untuk mempertahankan suku bunga bulan depan. Akan tetapi, peluang kenaikan suku bunga pada pertemuan bulan November kini 56%, lebih tinggi dibandingkan dengan 46% pada minggu sebelumnya.
Selanjutnya, data Pengeluaran Konsumsi pribadi AS pada hari Kamis, dan laporan Ketenagakerjaan bulan Agustus pada hari Jumat akan menjadi fokus pasar pekan ini. Para investor berharap dapat memperoleh petunjuk lebih lanjut mengenai arah dan kekuatan perekonomian AS.