Trading forex memang sepintas cocok bagi orang yang tidak bisa terlalu lama meninggalkan rumah, seperti para ibu rumah tangga. Namun, benarkah demikian? Mari kita simak pengalaman “Momtrader” dari berbagai negara berikut ini.
Indonesia: Waktu Trading Forex Fleksibel, Cocok Bagi Ibu Rumah Tangga
Fitri adalah ibu rumah tangga yang menjalani trading forex. Bukan hanya sebagai pekerjaan sampingan, wanita Indonesia satu ini memutuskan menjadi seorang fulltime trader. Beruntung, Fitri mendapat dukungan penuh dari sang suami.
Membagi waktu adalah kunci kesuksesannya. Namun, Fitri mengaku bahwa trading forex yang dijalaninya hampir tak pernah mengganggu pekerjaan domestiknya sebagai ibu rumah tangga. Waktu trading yang fleksibel kian membuatnya jatuh cinta pada dunia forex.
Sehari-hari, Fitri menyusun strategi trading dini hari, saat sesi Amerika hampir tutup. Sebenarnya ia tak mematok jam-jam tertentu untuk trading. Ibu dua anak ini melihat-lihat momentum terlebih dahulu sebelum mengeksekusi. Untuk scalping, biasanya eksekusi trading ia lakukan siang hari. Untuk long-term, dilakukan malam hari. Yang pasti semuanya telah dianalisa terlebih dahulu.
Strategi trading scalping kerap dijalani oleh wanita yang juga menjadi analis forex ini. Untuk trader pemula yang ingin mencoba scalping, Fitri menyarankan supaya terlebih dahulu memahami pola data candle. Dasar dari pola data candle sangatlah penting untuk mengetahui arah gerak pasar.
Baca juga: Tips Sukses Trading Forex Dengan Modal Kecil
Fitri yakin bahwa untuk bisa memprediksi masa depan pasar, dokumen terpenting adalah data pasar pada masa yang telah terjadi. Kemudian ditambah dengan indikator pendukung data candle seperti indikator zig-zag dan Moving Average.
Ibu rumah tangga ini trading forex dengan modal yang kecil. Akan tetapi, ia bercita-cita untuk mendapat profit konsisten. Beruntung jika profitnya besar. Targetnya adalah dari modal 5-10 dolar menjadi 100 dolar hanya dengan kurun waktu beberapa hari. Ia menyadari mimpinya itu tidak mudah, tetapi ia yakin bisa mencapainya.
Jepang: Perubahan Budaya Menabung Menjadi Budaya Investasi
Trading forex gencar dilakukan para ibu rumah tangga di Jepang sekitar awal tahun 2000-an. Sebagian bahkan meraih profit yang lebih besar daripada pendapatan suami mereka. Aktivitas trading forex ibu rumah tangga Jepang berkontribusi pula pada “penyembuhan” perekonomian seluruh negara.
Sejarahnya, Jepang sempat mengalami Lost Decade di tahun 1990-an. Gelembung aset kolaps dan ekonomi Jepang dilanda stagnasi. Suku bunga pun ditekan rendah, sehingga tabungan di bank-bank tidak menghasilkan bunga. Situasi ekonomi ini terasa sulit bagi masyarakat Jepang, terutama bagi yang sudah memiliki anak.
Para ibu rumah tangga Jepang memutar otak. Mengandalkan tabungan saja tidak cukup. Mereka harus mendapatkan tambahan uang, caranya adalah dengan berinvestasi. Salah satu yang paling sering diceritakan adalah kisah Nyonya Watanabe. Wanita tersebut berusaha mencari cara untuk berinvestasi secara remote. Kala itu, internet belum semudah sekarang. Akhirnya, Ny. Watanabe menjatuhkan pilihannya ke pasar Forex lalu memulai trading.
Investor wanita cenderung lebih berhati-hati daripada laki-laki. Mereka memilih carry trading dan itu adalah pilihan yang tepat. Carry trade adalah strategi yang sederhana, efektif, dan menghindari risiko sehingga kemungkinan besar akan menjamin kesuksesan.
Baca Juga: Aplikasi Trading Forex Android dan iOS Terbaik yang Membantu Trader
Cara kerjanya adalah meminjam mata uang dengan tingkat bunga rendah. Para pedagang segera berinvestasi pada mata uang lain, dengan tingkat bunga lebih tinggi. Dengan membayar biaya yang rendah pada kasus pertama, mereka langsung mendapatkan pembayaran yang lebih tinggi, mendapatkan keuntungan dari selisih tarif. Cukup jelas, ya?
Pada intinya Trading Forex dapat menjadi salah satu alternatif yang cocok bagi Ibu Rumah Tangga dalam memperoleh tambahan pendapatan tanpa harus meninggalkan rumah. Namun perlu diingat, trading forex berisiko besar karena potensi keuntungannya juga besar. Gunakan selalu “uang dingin” untuk ber-trading; bukan uang hasil utang atau mempertaruhkan anggaran bulan depan.